Mengapa banjir tidak pernah hilang di Jakarta, selain dari kurangnya kesadaran kita untuk tidak membuang sampah di tempat – tempat saluran air, sungai, juga kurangnya lahan penghijauan sebagai resapan air
Bukan
hanya itu juga terjadi penurunan tanah atau land subsidence di Jakarta
terjadi sejak tahun 1974 dan akan terus terjadi. Kondisi ini diperburuk dengan
meningkatnya permukaan air laut akibat pemanasan global (global warming).
Data dari tahun 2010 disebutkan sebanyak 40 persen wilayah Jakarta berada di
bawah permukaan laut. Data ini keluar berdasarkan hasil penelitian konsorsium
Jakarta Coastal Defence Strategy (JCDS), sebuah studi persiapan untuk membuat
tanggul atau dam raksasa di pantai utara Jakarta.
Hasil
penelitian itu juga menyebutkan akibat land subsidance dan sea
level rise (meningkatnya permukaan air laut), luas lahan yang berada di
bawah permukaan air laut akan semakin besar.
Diperkirakan
sekitar 10-20 tahun ke depan 50 persen wilayah Jakarta berada di bawah
permukaan air laut.
Adapun 13 sungai - sungai besar yang
melintasi wilayah pemukiman Ibukota
adalah :
- Mookevart : (di pinggir Jalan Daan Mogot, sebagian besar melintasi Jakarta barat),
- Angke : (melintasi wilayah Jakarta selatan dan barat),
- Pesanggrahan : (melintasi wilayah Jakarta selatan dan barat),
- Grogol : (melintasi wilayah Jakarta selatan dan barat),
- Krukut : (melintasi wilayah selatan dan tengah Jakarta),
- Baru Barat : (melintasi tengah Jakarta ),
- Ciliwung : (selatan, timur, dan tengah),
- Baru Timur : (tengah, selatan, dan timur),
- Cipinang : (timur dan tengah),
- Sunter : (timur dan tengah),
- Buaran : (timur),
- Jatikramat : (timur),
- Cakung : (timur).
Kali atau sungai-sungai itu pada akhirnya
bermuara di teluk Jakarta. Ada yang langsung sampai ke laut, ada pula yang
harus terhubung dengan Kanal Banjir Barat, Kanal Banjir Timur, Cengkareng
Drain, dan Cakung Drain.
Sungai-sungai tersebut selain berada di wilayah
Jakarta, juga melintasi wilayah Jawa Barat (Kab/Kota Bogor, Kota Depok,
Kab/Kota Bekasi), dan Banten (Kab/Kota Tangerang).
Adapun 28 kali-kali kecil yang ada di Jakarta hampir
tidak berfungsi bahkan ada beberapa sungai kecil yang hilang karena
pendangkalan sehingga jalan air menjadi sempit, seperti :
- Kali Kreo,
- Kali Meruya,
- Ulujami,
- Tanjungan,
- Kamal,
- Sekretaris,
- Ciragil,
- Mampang,
- Cideng,
- Pasarminggu,
- Kali Bata,
- Bukitduri,
- Kali Surabaya,
- Gresik,
- Muara angke,
- Besar,
- Cibubur ,
- Pakin,
- Kali Mati,
- Muarakarang,
- Kali Utan Kayu,
- Sentiong,
- Pademangan barat,
- Pademangan timur,
- Lagoa,
- Koja,
- Pinang,
- Cakung Lama,
- Kali Petukangan.